supervisi klinis
- 15.27
- by
- Unknown
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Supervisi
merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi
konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari
kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan
yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat diberi tahu bagaimana cara
peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang terjadi terdapat kesenjangan
antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan supervise, berdasarkan
pengamatan terdapat ketidak konsisitenan antara pandangan normativ dengan
pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya supervisi harus memperbaiki
pengajaran tapi kenyataanya supervisor lebih menekankan pada tanggung jawab
administrativ guru, hal ini berimplikasi terbalik pada tidak terpenuhinya
keinginan guru mendapat bantuan langsung dari supervisor untuk memperbaiki
pengajaran, mestinya supervisor dapat mengkombinasikan tanggung jawab perbaikan
pengajaran dilihat dari aspek professional dengan tanggung jawab administrasi
guru untuk mencapai hasil yang lebih luas pada level kelas melalui
perbaikan pengajaran. Karena bantuan pengajaran merupakan pembinaan
professional, sedangkan pendekatan administrasi merupakan bagian dari birokrasi
Supervisi
mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi
bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek
yang merupakan factor penentu keberhasilan. Salah satu model supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi
klinis. Makalah ini
berusaha menjelaskan secara teoritis tentang model supervisi klinis, dari
konsep dasar, tehnik, kelebihan dan kelemahan supervisi klinis.
1.2 Fokus Masalah
1.
Konsep dasar supervisi klinis
2.
Tehnik Supervisi Klinis
3.
Kelebihan dan kelemahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Supervisi Klinis
2.1 Pengertian
Supervisi Klinis
Supervisi
memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76). Menurut Purwanto
menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah,
yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan,
bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru,
serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode
pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran dan sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa
peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran.
Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat
memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga
kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi
supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya
sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan utama, pengontrolan
tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis
memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575).
Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan
supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari
sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan
langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
tersebut (Purwanto, 2004:90)
Senada dengan
hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang
sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif
terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga
menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis
sebagai berikut:
“Supervisi
klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan
melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
untuk mengadakan modifikasi yang rasional”
Adapun Keith
Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses
membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan antara tingkah laku
mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik
mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang
terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan
pertemuan balik. Supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk
pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut
(Mukhtar dan Iskandar, 2009:61)
Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu
proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru,
khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data
secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut
.
2.2 Karakteristik
Supervisi Klinis
Untuk memandu
pelaksanaan supervisi pendidikan, karakteristik yang akan dipaparkan
dalam makalah ini yaitu pada supervisi pengajaran (klinis) karena ini
sangat urgen terutama bagi supervisor dan guru, agar arah yang ditempuh
sejalan dengan perencanaan (planning) yang telah ditentukan
sebelumnya. Mukhtar dan Iskandar menjelaskan
bahwa supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan
calon guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan (2009:59)
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran
mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan (pre-conference),
observasi mengajar, dan pertemuan balikan (post-conference)
b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan
mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan
menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar kemampuannya
sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di kelas ke arah yang lebih
baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor untuk menambah pengetahuan,
pengalaman serta kemampuannya dalam memberikan bimbingan.
c.
Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah pendekatan
profesional dan humanis
d.
Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan
intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e.
Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan pengajaran
kepada guru
f.
Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru
g.
Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif
h.
Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
La Sulo dalam
Purwanto (2004:91) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi
pelaksanaannya sebagai berikut:
a.
Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi
b.
Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati
melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor
c.
Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu
d.
Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif
e.
Dalam diskusi atau pertemuan balikan, guru diminta terlebih dahullu untuk
mengevaluasi penampilannya
f.
Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau
mengarahkan
g.
Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka
h.
Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan
diskusi atau pertemuan balikan
i.
Supervisi dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan
keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan
prajabatan maupun dalam jabatan
2.3
Tujuan Supervisi Klinis
Tujuan
supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.
Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir
dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Situasi belajar
mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini menggambarkan suatu keadaan
yang sangat kompleks. Kompleksnya keadaan yang ada ini adalah akibat
faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan
penurunan hasil belajar. Oleh karena itu perlu
adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi
belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)
Secara nasional
tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a.
Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid
c.
Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan
sumber-sumber pengalaman belajar.
d. Membantu
guru dalam menilai kemajuan murid –murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
e.
Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas
yang diperolehnya.
f.
Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam membina
sekolah.
Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis
yaitu:
a.
Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat
dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
b. Membina
guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000:25)
Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010:200) tujuan
supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik,
dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan
strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik
sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a. Menyediakan feedback
bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
b. Mendiagnosis dan membantu
memecahkan masalah-masalah mengajar
c. Membantu guru mengembangkan
keterampilan dalam menggunakan strategi belajar
d. Sebagai dasar untuk menilai
guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka
e. Membantu guru
mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus
dalam karir dan profesi mereka secara mandiri
4 Fungsi Supervisi Klinis
Pemahaman umum
bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan
pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi
akan dapat memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam
cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E,
menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan
sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Fungsi
supervisi menurut Swearingen yang dikutip oleh Binti Maunah ada delapan sebagai
berikut:
a.
Mengkoordinir semua usaha sekolah
b.
Memperlengkapi kepala sekolahMemperluas pengalaman guru-guru
c.
Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
d.
Memberikan fasilitas dan penlaian yang terus menerus
e.
Menganalisa situasi belajar mengajar
f. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff,
mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar
guru-guru. (Maunah,
2009:30)
B. Teknik
Supervisi Klinis
Tahapan pelaksanaan supervisi klinis
dalam bentuk siklus dimulai dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal
pra siklus dan dilanjutkan pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau
siklus 2, dan sesudah pengamatan (post observasi) melakukan umpan balik siklus
3. Pada semua tahapan ini supervisor dan guru berusaha memahami dan mengerti
mengenai pengamatan dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang
dilakukan oleh guru.
2.4 Pra Siklus
Tahap-tahap
pelaksanaan supervise klinis pada tahap pra siklus dimulai dengan guru merasa
butuh bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar. Kebutuhan ini muncul,
karena guru butuh pelayanan dari supervisor agar guru mengetahui, memahami
kelebihan dan kelemahan dibidang ketrampilan mengajar untuk selanjutnya
berusaha meningkatkannya kearah yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor
meyakinkan guru bahwa melalui bantuan supervisor guru akan dapat mengetahui
kelebihan, kelemahan dan atau kekurangan dalam (1) mempersiapkan kegiatan
pembelajaran (rencana pelaksanaan pembelajaran). (2) membelajarkan peserta
didik mencapai kompetensi yang ditentukan dalam silabus dan RPP dengan
menampilkan keterampilan menngajar yang sesuai dengan materi pelajaran; dan (3)
secara terus menerus memperbaiki keterampilan mengajardan/atau mengembangkan
diri dalam menggunakan model dan strategi pembelajaran.
2.5 Siklus pertama
Kegiatan siklus
pertama ini adalah guru dengan supervisor bersama sama melakukan review dokumen
pembelajaran dengan cara memeriksa dokumen kurikulum yang terdiri
dari standar isi, silabus dan rencana pembelajaran. Dari hasil review tersebut,
selanjutnya supervisor menjelaskan hal-hal yang penting untuk diperbaiki.
Secara bersama-sama pula antara guru dengan supervisor memperbaiki dokumen
kurikulum sampai memenuhi persyaratan baik dilihat dari substansi maupun
mekanisme pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk digunakan dalam kegiatan
mengajar. (Syaiful Sagala, 2010:204)
Pada siklus 1
ini kontrak dan isi kontrak yng dirumuskan bersama antara supervisor dengan
guru terdiri dari (1) supervisor meyakinkan guru hal yang perlu diamatai
tentang proses pembelajaran yang akan dilakukannya di kelas; (2) menetapkan
jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan; (3)
supervisor bersama guru membicarakan dan menyepakati jenis ketrampilan dan
aspek education touch yang akan dilatihkan oleh guru latih selama proses
pembelajaran berlangsung dikelas; dan (4) ketrampilan yang disepakati dapat
dipilih antara lain ketrampilan bertanya, memberi penguatan, variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, memimpin kelompok kecil, mengelola
kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan. Setelah ada kesepakatan bersama
antara supervisor dengan guru mengenai aspek ketrampilan apa saja yang akan
diamati atau oservasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, maka kedua
belah pihak menandatangani kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan
kegiatan mengajar yang diamati oleh supervisor.
2.6 Siklus kedua Observasi
Sesuai kontrak
yang telah disepakati bersama antara supervisor dengan guru, maka dilanjutkan
dengan kegiatan observasi dikelas. Guru mengajar dan supervisor mengamati guru
mengajar sesuai kontrak yang disepakati bersama. Dalam kegiatan observasi ini
supervisor mencatat dan merekam dengan cermat berbagai data dan informasi
penting prihal guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati. Supervisor
mengamati guru mengajar dengan cara menggunakan lembar observasi atau merekam
dengan handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara lainnya yang
memungkinkan untuk kegiatan observasi aktivitas mengajar guru. (Syaiful Sagala,
2010:210)
2.7 Siklus ketiga Refleksi
Pertemuan
setelah pengamatan merupakan bagian penting dari perilaku postobservasi. Pertemuan
balikan dalam bentuk refleksi yang dilakukan bersama supervisor dengan guru
dilakukan dengan cara menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana
keikhlasan dan obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh antusias,
kejujuran dan keikhlasan supervisor menanyakan perasaan guru yang diobservasi
secara keseluruhan.
Setelah analisa
data dalam kegiatan refleksi para supervisor dan guru bisa mendapatkan (1)
perbandingan perilaku guru dan siswa (2) mengidentifikasi perbedaan-perbedaan
perilaku siswa dan guru (3) menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru dan
siswa (4) membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan, peralatan, ruang, fisik
dan lingkungan social sesuai dengan penggunaan identifikasi dan merencakanan
masa depan mereka; dan (5) membandingkan hasil belajar yang diharapkan dengan
hasil belajar yang nyata dalam konteks yang sesuai situasi seperti yang
diuraikan dalam pengamatan. (Syaiful Sagala, 2010:220).
2.8 Kelebihan
dan Kelemahan
Kelebihan
teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dipakai memperbaiki
guru-guru yang sangat lemah kinerjanya
2. Perbaikan yang dilakukan
sangat intensif, sebab masing-masing kelemahan ditangani satu persatu, sampai
semua kelemahan menjadi berkurang atau hilang.
3. Proses memperbaiki
kelemahan dilakukan secara mendalam, termasuk:
a. Guru merefleksi kemampuannya
melaksanakan proses pembelajaran
b. Supervisor mengobservasi
secara mendalam, bila perlu memakai video
4. Bagi guru-guru lain yang
ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi
diperbolehkan ikut menjadi pendengan dalam pertemuan balikan.
Kelemahan
teknis supervisi klinis
Ada satu
kelemahan teknik supevisi ini yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang
panjang, karena kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta
tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif. (Made Pidarta,
2009:138)
BAB III
KESIMPULAN
Banyak guru
yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran pada mata
pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh
karakteristik mata pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam
aspek-aspek teknis metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta
didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas sekolah kepada guru merupakan
salah satu upaya membantu guru untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam
rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens
berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek
profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten. Supervisi klinis memiliki karakteristik atau fokus
antara lain, merubah cara mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.
Ada tiga tahap
kegiatan yang dilakukan dalam supervisi klinis yakni tahap pertemuan awal pra
siklus yang dilanjutkan pada siklus 1, tahap pengamatan (observasi) guru atau
siklus 2, serta tahap refleksi atau umpan balik siklus 3.
Pada supervise
klinis terdapat kelebihan dinataranya yaitu: untuk memperbaiki guru-guru yang
sangat lemah kinerjanya yang dilakukan secara intensif, sebab masing-masing
kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau
hilang. Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian
kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengan
dalam pertemuan balikan. Sedangkan kelemahan teknis supervisi klinis
yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan
diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab
dilakukan secara mendalam agar intensif.
DAFTAR
PUSTAKA
Maunah,
Binti, 2009, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek,
Yogyakarta: Sukses Offset
Mukhtar & Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Pidarta, Made,
2009, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto,
Ngalim, 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Pusat Bahasa,
2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka
Sagala,
Syaiful,2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung
: Alfabeta
Sahertian,
P.A.2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar