AKHLAK TERHADAP RASUL
- 15.32
- by
- Unknown
MAKALAH
“AKHLAK TERHADAP
RASUL”
Mata kuliah : Studi
Islam 1
Disusun oleh :
Asmah
Rika Lianora
Dosen pembimbing :
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Prodi : Pendidikan Agama
Islam (pagi)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
Kata
Pengantar
Puji syukur senantian kami panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia nya sehingga makalah ini dapat kami selesai. Makalah ini merupakan
syarat untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah pancasila dan kewarganegaraan.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai
referensi-referensi serta bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah
ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi
atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusun makalah ini juga dimaksudkan untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini. Juga menjadikan pedoman untuk
bertindak dan bertingkah laku tidak melanggar UUD yang berlaku.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhirnya kami menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Daftar Isi
Halaman
Kata
Pengantar...........................................................................
Daftar
Isi.........................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
.................................................................................
B.Rumusan Masalah
...........................................................................
C.Tujuan Penulisan
.............................................................................
D.Metode Penulisan
............................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak
............................................................................
B.Iman Kepada
Rasulullah ..................................................................
C.Bagaimana Akhlak
Rasul itu ............................................................
D.Dasar Pemikiran
Akhlak Terhadap Rasulullah ................................
E.Cara Berakhlak
Kepada Rasulullah .................................................
BAB
III PENUTUP
A.Kesimpulan
......................................................................................
B.Saran
...............................................................................................
C.Daftar Pustaka
.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat
itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan
buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak
pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
1. Mengejar nilai materi saja, tidak bisa
dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya
menimbulkan bencana yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak
memperdulikan kepentingan orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya
dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara
manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala perbuatannya,
karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.
2.Disamping akhlak kepada Allah Swt,
sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau
sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada
Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian,
akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam
bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya. Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa
yang tidak berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status
“rasul” yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus
dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap
orang lain pada umumnya.
B.RUMUSAN
MASALAH
Sesuai dengan pokok masalah yang dibicarakan
tentang, “Akhlak Terhadap Rasulullah” maka rumusan masalah ini difokuskan pada
:
Ø Apa yang
dimaksud dengan Akhlak itu ?
Ø Apa yang
melatarbelakangi berakhlak kepada Rasullah ?
Ø Bagaimana
cara berakhlak dengan Rasulullah itu ?
C.TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
bagaimana kita dapat mengerti cara yang tepat berakhlak kepada Rasullah,
dikarenakan beliau adalah seorang manusia sekaligus rasul yang paling sempurna
akhlak diantara makhluk lain ciptaan Allah. Jadi, tujuan penulisan makalah ini
kurang lebih sebagai berikut:
ü
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
studi islam.
ü
2. Dengan mempelajari dan memahami
bahan makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada Rasulullah, maka kita
dituntut agar dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
kita bisa menjadi umat yang berbakti kepada Rasulullah saw. Amien.
D. METODE
PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan 2 metode
yakni dengan metode kepustakaan dan juga dengan mencari bahan-bahan yang sesuai
dengan judul yang diberikan kepada kami melalui blog-blog di internet dan
semoga semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan dosen dan semua teman-teman.
BAB II PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AKHLAK
Sebelum melangkah lebih jauh
membahas masalah materi Ilmu Akhlak,setidaknya perlu dimengerti terlebih dahulu
tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu pembicaraan mengenai definisi
akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan dari aspek
bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam (terminologi).
1. Definisi Akhlak Secara Etimologi Menurut
pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya “Khuluqun” (خلق) yang menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah
laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq”
(خالق) yang berarti Pencipta dan “Makhluk” (مخلوق ) yang berarti diciptakan.
Perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Di dalam Da ’iratul Ma’arif dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang
terdidik”. Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak
yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
2. Definisi “Akhlak” Aspek Terminologi:
Berikut ini akan dibahas definisi “akhlak” menurut aspek terminologi. Beberapa
pakar mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a) Ibn Miskawih “Keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran (lebih dulu).
b) Versi Imam Al-Ghazali “Akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).
c) Prof. Dr. Ahmad Amin “Sementara orang
mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlaak”.
B.
IMAN KEPADA RASULULLAH
Rasul itu ialah seorng laki-laki
merdeka yang diberikan wahyu oleh allah tentang agama dan mendapat perintah
supaya menyiarkannya(tabligh)kepada semua makhluk(terutama manusia dan jin).Kalau
tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia disebut nabi saja. Jelasnya,
seorang rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat agama kepada
masyarakat, sedangkan seorang nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang nabi
hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan
memberi penerangan tentang syariat seorang rasul, terutama mengenai perkara
gaib. Para nabi dan rasul itu adalah hamba-hamba Allah yang paling utama.
Firman Allah SWT, “Dan semua mereka itu kami lebihkan atas sekalian alam”
(Al-An,am, 6;86).
Adapun banyaknya nabi dan rasul itu tidak ada
yang tahu selain Allah SWT. Kita kaum muslimin wajib percaya bahwa Allah SWT
telah mengutus para rasul dan mengangkat para nabi dan rasul mulai dari Nabi
Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Tujuan pokok dari kebangkitannya para
rasul itu ialah untuk mengajak ummatnya agar beribadah kepada Allah serta
menegakkan agama-nya.Kehadiran para rasul adalah untuk membimbing umat manusia
supaya berada dalam jalan yang benar yang dikehendaki Allah dan Rasulnya,
memiliki akhlak mulia dan sopan santun yang mempertinggi jiwa. Rasul juga
berupaya menetapkan hukum-hukum dan segala peraturan yang harus diikuti oleh
manusia selama hidupnya. Dengan demikian arti beriman kepada nabi dan rasul
adalah tidak cukup hanya dengan pengakuan hati dan lisan saja, tetapi harus
disertai dengan kesediaan melaksanakan seruannya dalam kenyataan hidup
sehari-hari, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi.
C.
BAGAIMANA AKHLAK RASUL ITU...?
Beliau adalah manusia yang paling
mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling dermawan di antara manusia.
Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih kencang memberi
dibanding angin yang berhembus. Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling
mudah selama tidak melanggar syariat Allah. Beliau sangat menghindar dari dosa.
Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat sabar. Namun, jika hak Allah yang
dilanggar, beliau sangat murka. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung
terlihat pada raut wajahnya, beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali.
Jika beliau suka maka dimakanlah makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau
tinggalkan tanpa mencelanya. (Sumber: HR. Al-Bukhari, no. 3549, 35554, 3560,
3562, dan 3563) bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat
bangsa Arab. Mampu berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat
masing-masing suku. Jika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab,
“Tidak”.Beliau sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang
jika bertemu beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika kami sedang
ketakutan dan dikepung bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tak satu pun yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain
beliau.” Beliau sangat jujur dan amanah, sebelum diutus menjadi nabi dan rasul,
beliau dijuluki “Al-Amin” artinya “yang terpercaya”.Bahkan musuh pun mengakui
kejujuran dan amanahnya. Beliau sangat tawadhu` dan jauh dari sifat sombong.
Jika beliau datang ke suatu majelis, beliau tidak mau disambut seperti raja,
biasanya jika seorang raja datang orang-orang berdiri untuk menyambutnya.Namun
Rasulullah SAW tidak ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa
rendah hatinya beliau. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama
orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama
sahabatnya. Beliau sangat suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan,
paling penyayang, lembut terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada.
Terhadap pembantu, beliau tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan
pembantunya yang tidak beres. Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk
bersama serta tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya. Beliau
senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika
bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas,
bahasanya fasih dan mudah dimengerti.
D.
DASAR PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP
RASULULLAH
Berakhlak kepada Rasulullah dapat
diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada rasulullah sebagai
rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.
Berakhlak kepada rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai
berikut:
1.
Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari
kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir
batin, namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina
akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan
yang baik. Allah berfirman dalam surah al-Ahzab :21.
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik.
3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan
al-Qur’an kepada manusia, sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan.
4.
Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat
mulia dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Rasulullah SAW telah memberikan contoh
modek masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang
beliau bangun di Madinah.
E. CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah
yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul, ridho dalam beriman kepada
rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku
ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi
dan rasul. Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman
kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui
kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya. Banyak cara yang
dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Mengikuti dan mentaati Rasulullah
SAW
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu
yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi
salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi
dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
Artinya: Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, orang-orang
yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti
dan mentaati Rasul SAW. Allah SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu
mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah
berfirman:
Artinya:
Katakanlah “jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).
2.
Mengucapkan sholawat dan salam
kepada Rasulullah
Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih
dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash
shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada
Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi.
Artinya:
Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya
sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).
بى يوم
القيامة اكثرهم عليّ صلاة نّ اولى النّاسإ
Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang
yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).
3.
Mencontoh akhlak Rasulullah.
Jika Rasulullah bersikap kasih sayang keras
dalam memperthankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian.
Allah berfirman:
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
4.
Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan
menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum
muslimin, karena rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang rasul.
Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar
kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa hal
yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang
baik kepada Nabi Muhammad Saw.
5.
Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya
menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak
suka padanya.Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati
para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada
nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang
dimilikinya. Kedudukan ulama sebagai pewaris nabi dinyatakan oleh Rasulullah
Saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris nabi,sesungguhnya nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya nabi hanya mewariskan ilmu kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambilmbagian
yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama
disebut pewaris nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya
memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi, dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
6.
Menghidupkan Sunnah Rasul Kepada
umatnya
Rasulullah
Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah
Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya
akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku
(HR. Hakim).
Selain itu,
Rasul saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala
bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi
banyak pertentangan. Oleh karena itu,kamu semua agar berpegang teguh kepada
sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada
petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena
setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan
itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi
sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlak
adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak
mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar.
Rasulullah
adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat
anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul yang
diutus Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang begitu
mulia pula. Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat
penting bagi kehidupan kita, karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita
juga harus memperlakukan beliau dengan begitu sempurna juga, dilihat dari
cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang begitu mengagungkan beliau dan
begitu hormatnya.
Adapun
diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman
kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan. Sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai tuhan,
islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman kepada nabi
dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai
utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti
dan mentaati Rasulullah SAW
2.
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
3. Mencontoh
akhlak Rasulullah.
4.
Melanjutkan Misi Rasulullah.
5.
Menghormati Pewaris Rasul
6.
Menghidupkan Sunnah Rasul
B.
SARAN
HORMATILAH
RASULULLAH DAN TELADANI SIFAT AGUNGNYA.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu Jabir al-Jazairy, Pedoman
dan program Hidup Muslim, CV Toha Putra, Semarang, 1984, hlm 48.
-http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.
tgl 15. 12. 2011.
Usamah, Abu Masykur, “Aku Cinta
Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam“, cetakan pertama (Juni 2006/Februari
2007), , Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, PT.
RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Rusli, Nasrun, SH, dkk. Materi pokok
akidah akhlak 1 , Direktorat jenderal pembianaan kelembagaan agama islam dan
universitas terbuka.1993.
Mustofa, AKHLAK TASAWUF, Pustaka Setia,
Banddung, 1997.
Mansyur, Akidah Akhlak II. Penerbit Ditjen
Binbaga Islam, Jakarta, 1997.
Zahruddin AR, Sinaga, Hasanuddin,
Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo, Jakarta, 2004.
0 komentar:
Posting Komentar