Hello,This is me!

Asmah Asfaumir

Professional Teacher Professional Teacher Of PAI Teaching is my passion

Popular Posts

Sabtu, 06 Mei 2017

METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN

METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN


A.     Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.  
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang  relevan di dalam struktur kognitif anak. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,  sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki anak dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.  
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera  daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. 

B.    Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan masing-masing istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang penggunaannya.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

b.  Strategi pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.      Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.      Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3.      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yakni :
1)   Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
2)   Penyampaian informasi.
3)   Partisipasi siswa
4)   Tes, dan
5)   Kegiatan lanjutan
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi pembelajaran adalah :
1)   Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2)   Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3)   Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4)   Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5)   Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6)   Menimbulkan penampilan siswa
7)   Memberi umpan balik
8)   Menilai penampilan
9)   Menyimpulkan.

c.  Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) brainstorming; (7) debat, (8) seminar, (9) bermain peran (role play), (10) studi kasus.

d.  Teknik pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
e.  Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).

f.    Model pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
            Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

C.    Metode Pembelajaran
Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1.      Ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang memberikan informasi pada sejumlah siswa pada suatu kesempatan. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah dapat mencakup banyak siswa, tidak banyak memerlukan peralatan serta penyaji dapat tepat waktu. Namun kelemahannya tidak mendorong seseorang untuk mengingat semua materi, partisipasi siswa terbatas, penilaian terbatas pada kemampuan siswa dan tidak ada keseimbangan berpikir antara guru-siswa.
2.      Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan pembelajaran seorang guru yang memperlihatkan suatu proses. Kekuatan dari metode ini adalah lebih menimbulkan minat, dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan prosedur yang masih belum jelas serta belum dipahami untuk keterampilan tertentu. Namun kelemahaannya memerlukan waktu persiapan yang agak lama, peralatan mahal dan sering dilakukan oleh kelompok terbatas.
3.      Diskusi
Metode diskusi merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang dalam membahas masalah tertentu yang dilaksanakan secara teratur, dan bertujuan untuk memecahkan masalah secara bersama. Kekuatan metode ini adalah siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mengembangkan tanggungjawab, mengembangkan rasa percaya diri, ide berkembang, terbuka, terarah, memperoleh banyak informasi. Namun kelemahannya memerlukan banyak waktu, perlu persiapan yang matang serta perlu waktu untuk siswa yang bersifat pemalu dan otokratif.
4.      Simulasi
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menirukan suatu kegiatan atau pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah bersifat menyenangkan, dapat mengembangkan kreativitas siswa, kegiatan dilakukan tanpa memerlukan lingkungan sebenarnya, menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis. Namun kelemahannya siswa harus siap mental, lebih mementingkan proses pengertian, tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.
5.      Laboratorium / Praktek
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan konsep pelajaran yang telah diterima. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah dapat mengembangkan kreativitas siswa, menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis. Namun kelemahannya membutuhkan waktu lama, tidak semua hal dapat dipraktekkan.
6.      Brainstorming
Metode ini digunakan dalam pemecahan masalah, setiap anggota kelompok mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Kekuatan dari metode ini adalah dapat memunculkan pendapat baru, merangsang semua anggota mengambil bagian, tidak menyita waktu, hanya sedikit pengalaman yang diperlukan. Kelemahannya adalah mudah lepas dari kontrol, harus ada evaluasi, dan anggota cenderung mengadakan evaluasi setelah satu pendapat diajukan.
7.      Debat
Merupakan metode pembelajaran yang memilih dan menyusun materi ajar menjadi suatu paket pro dan kontra. Kekuatan dari metode ini adalah dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa dan merangsang kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapat sesuai dengan posisinya dalam kelompok debat. Namun kelemahannya adalah tidak semua siswa dapat terlibat langsung, kurang efektif.
8.      Seminar
Metode belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang suatu hal. Kekuatan dari metode ini adalah melatih menumbuhkan sikap positif siswa, memperkaya pengetahuan siswa serta memberi kesempatan siswa untuk saling berinteraksi. Namun kelemahannya memakan waktu lama dan bila siswa belum kondusif maka seminar tidak berjalan efektif.
9.      Bermain Peran (Role Play)
Merupakan metode yang menetapkan seseorang pada situasi tertentu, seolah-olah menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan, pengekspresian sikap, dan tindakan-tindakan. Kekuatan metode ini adalah dapat mendorong keterlibatan lebih mendalam dan memusatkan perhatian pada aspek yang dikehendaki. Kelemahannya adalah keengganan melakukan peran, tidak menghayati, kurang realistis, dianggap dialog biasa.
10.   Studi Kasus
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan konsep dan teknik analisis dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kekuatan metode ini adalah dapat memberikan wawasan yang luas, pertukaran pendapat, membuka kesiapan mental serta menemukan beberapa alternatif. Namun kelemahannya adalah sulit mengukur sikap dan perilaku, hambatan waktu, dapat menimbulkan frustasi bagi siswa yang tidak punya ide pemecahan masalah.

D.    Memilih Metode Pembelajaran
Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru (Djahiri, 1992). Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang dilakukannya. Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, Al Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan, bahwa proses pembelajaran beberapa pembelajaran tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam PBM. Disamping itu, PBM yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Pada gilirannya, akan berpengaruh secara signifikan terhadap perolehan dan hasil belajar siswa.
Metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu, integral dari proses   pendidikan-pengajaran).   Metode   ialah   cara   guru menjelaskan   suatu   pokok   bahasan,thema, pokok masalah sebagai bagian kurikulum (isi, materi pengajaran), dalam upaya mencapai   sasaran dan  tujuan pengajaran  (tujuan  institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus).
Proses pembelajaran atau PBM sebagai  kerjasama guru-siswa, secara   psiko-pedagogis   mengutamakan   oto-aktivitas   siswa (kemandirian, KBS)   sebagai   bekal   pendewasaan   diri mengembangkan   kemampuan   dan   penguasaan   bidang pengetahuan (bidang studi, mata pelajaran). Artinya, dalam PBM peran guru  lebih bersifat  tut wuri  handayani,  berjalan bersama antara guru dan siswa (bekerjasama,   komunikasi,   dialog   dan   hubungan   akrab). Agar PBM  dan   kerjasama  guru-siswa  mencapai   sasaran  dan   tujuan belajar sesuai yang ditetapkan maka menggunakan cara atau metode tertentu. Jadi, alasan atau nalar guru memilih/menetapkan suatu metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:
1.    metode   ini   sesuai   dengan   pokok   bahasan,   dalam makna lebih menjadi alat mencapai sasaran dan tujuan instruksional
2.    metode   ini   menjadi   kegiatan   siswa   dalam   belajar   (KBS, kemandirian)   dan   meningkatkan   motivasi   atau   semangat belajar
3.    metode  ini  memperjelas dasar,  kerangka,   isi  dan tujuan dari pokok bahasan, sehingga pemahaman siswa makin jelas
4.    metode   dipilih   guru   dengan   asas   di   atas   berdasarkan pertimbangan   praktis,   rasional   dikuatkan   oleh   kiat   dan pengalaman guru mengajar
5.    metode yang berdayaguna,  belum  tentu  tunggal,   jadi  suatu metode dapat digunakan secara kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi  dengan media  tertentu,  bahkan multi-media. Dasar   pertimbangan   ialah   sasaran   dan   tujuan   pendidikan pengajaran.

E.     Model Pembelajaran
Beberapa model yang dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran, diantaranya:
a.   Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Langkah-langkah :
1.      Siswa dikelompokkan ke dalam  4 anggota tim
2.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.      Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.      Guru memberi evaluasi
8.      Penutup

Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

b.  Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2.      Guru menyajikan pelajaran.
3.      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.      Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5.      Memberi evaluasi.
6.      Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

c.   Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

d.  Numbered Heads Together (NHT)
            Suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1.      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4.      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.      Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru


e.   Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:
1.   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.   Menyajikan materi sebagai pengantar.
3.   Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4.   Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5.   Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6.   Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7.   Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1.   Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2.   Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
1.   Memakan banyak waktu.
2.   Banyak siswa yang pasif.

f.    Cooperative Script
Merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian.
Langkah-langkah :
1.    Guru membagi siswa untuk berpasangan
2.    Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa agar dibaca dan dibuat ringkasannya.
3.    Guru dan siswa menetapkan yang pertama berperan sebagai pembicara dan yang berperan sebagai pendengar
4.    Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
5.    Sementara pendengar :
a.    Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
b.    Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
6.    Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
7.    Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
8.    Penutup

g.  Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1.    Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2.    Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.    Setiap ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4.    Setiap siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.    Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.    Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.    Evaluasi
8.    Penutup



h.  Think – Pair – Share
Langkah-langkah :
—  Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
—  Siswa diminta untuk memikirkan materi/permasalahan yang disampaikan guru
—  Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
—  Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
—  Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
—  Guru memberi kesimpulan
—  Penutup

i.    Mind Mapping
            Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereviu pengetahuan awal siswa.
Langkah-langkah :
1.   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.   Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3.   Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4.   Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5.   Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6.   Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru


PENUTUP

Kehidupan akan terasa indah apabila ada variasi, sebaliknya akan terasa membosankan jika segalanya monoton tak berubah. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap insan dalam setiap kehidupan.
Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan inovasi, agar segalanya berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai dari diri sendiri. Begitu pula peran seorang guru dalam pembelajaran, penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa dalam berpikir selalu turut serta dan tak  bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai kewajiban, melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan yang nyaman dan menyenangkan.
Dan seorang guru yang ideal adalah guru yang selalu dinamis dan mampu menggunakan teknologi komunikasi positif, dalam hal ini media internet dalam rangka menambah khazanah pengetahuan dan kemampuannya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, dengan model pembelajaran yang inovatif. Sebab pada hakekatnya menjadi guru adalah perjalanan menjadi pahlawan. Semoga menjadi guru yang profesional, bermartabat dan sejahtera. Selamat berjuang....!

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Ahmad Sudradjat. Blogspot.com
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Dedi Supriawan dan  A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Ninik Sri Widayati, 2011. Materi Metode dan Model Pembelajaran disampaikan pada peserta Training of  Trainer (ToT) Guru Pemandu Program Bermutu se-Jawa Timur di View Tretes Hotel Pasuruan
Puskur Depdiknas, 2006. Pembelajaran Tematik
Puskur Depdiknas, 2006. Metode-metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.








Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Posting Komentar

ASMAH ASFAUMIR
0853000333444
Marelan City, Indonesia

SEND ME A MESSAGE

Diberdayakan oleh Blogger.

Assalamualaikum