METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN
- 15.24
- by
- Unknown
METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di
dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses
interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan
pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika
dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak.
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar
terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan
suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil
dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek,
konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang
relevan di dalam struktur kognitif anak. Proses belajar tidak sekedar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus
selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki anak
dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan
pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak
indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
B. Pengertian Pendekatan,
Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
masing-masing istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan
tentang penggunaannya.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
b. Strategi pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan,
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha,
yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat
unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku
dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan
norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian
dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi
pembelajaran yakni :
1)
Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
2)
Penyampaian informasi.
3)
Partisipasi siswa
4)
Tes, dan
5)
Kegiatan lanjutan
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam
strategi pembelajaran adalah :
1)
Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2)
Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3)
Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4)
Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5)
Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6)
Menimbulkan penampilan siswa
7)
Memberi umpan balik
8)
Menilai penampilan
9)
Menyimpulkan.
c. Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina
Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) brainstorming; (7) debat, (8) seminar, (9)
bermain peran (role play), (10) studi kasus.
d. Teknik pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam
teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
e. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan
sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of
humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
f. Model pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah desain pembelajaran. Jika
strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan
dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah
konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari
dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan
penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit
menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah
dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
C. Metode Pembelajaran
Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang memberikan informasi pada sejumlah
siswa pada suatu kesempatan. Kekuatan yang dimiliki metode ini adalah dapat
mencakup banyak siswa, tidak banyak memerlukan peralatan serta penyaji dapat
tepat waktu. Namun kelemahannya tidak mendorong seseorang untuk mengingat semua
materi, partisipasi siswa terbatas, penilaian terbatas pada kemampuan siswa dan
tidak ada keseimbangan berpikir antara guru-siswa.
2. Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan pembelajaran seorang guru yang
memperlihatkan suatu proses. Kekuatan dari metode ini adalah lebih menimbulkan
minat, dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan prosedur yang masih belum jelas
serta belum dipahami untuk keterampilan tertentu. Namun kelemahaannya
memerlukan waktu persiapan yang agak lama, peralatan mahal dan sering dilakukan
oleh kelompok terbatas.
3. Diskusi
Metode diskusi merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang
dalam membahas masalah tertentu yang dilaksanakan secara teratur, dan bertujuan
untuk memecahkan masalah secara bersama. Kekuatan metode ini adalah siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mengembangkan tanggungjawab,
mengembangkan rasa percaya diri, ide berkembang, terbuka, terarah, memperoleh
banyak informasi. Namun kelemahannya memerlukan banyak waktu, perlu persiapan
yang matang serta perlu waktu untuk siswa yang bersifat pemalu dan otokratif.
4. Simulasi
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menirukan
suatu kegiatan atau pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang
dimiliki metode ini adalah bersifat menyenangkan, dapat mengembangkan
kreativitas siswa, kegiatan dilakukan tanpa memerlukan lingkungan sebenarnya,
menimbulkan interaksi antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis.
Namun kelemahannya siswa harus siap mental, lebih mementingkan proses
pengertian, tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.
5. Laboratorium
/ Praktek
Metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempraktekkan konsep pelajaran yang telah diterima. Kekuatan yang dimiliki
metode ini adalah dapat mengembangkan kreativitas siswa, menimbulkan interaksi
antar siswa, serta menumbuhkan cara berpikir kritis. Namun kelemahannya
membutuhkan waktu lama, tidak semua hal dapat dipraktekkan.
6.
Brainstorming
Metode ini digunakan dalam pemecahan masalah, setiap anggota kelompok
mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Kekuatan dari
metode ini adalah dapat memunculkan pendapat baru, merangsang semua anggota
mengambil bagian, tidak menyita waktu, hanya sedikit pengalaman yang
diperlukan. Kelemahannya adalah mudah lepas dari kontrol, harus ada evaluasi,
dan anggota cenderung mengadakan evaluasi setelah satu pendapat diajukan.
7. Debat
Merupakan metode pembelajaran yang memilih dan menyusun
materi ajar menjadi suatu paket pro dan kontra. Kekuatan dari metode ini adalah
dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa dan merangsang kemampuan siswa
untuk mengeluarkan pendapat sesuai dengan posisinya dalam kelompok debat. Namun
kelemahannya adalah tidak semua siswa dapat terlibat langsung, kurang efektif.
8. Seminar
Metode belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang suatu hal. Kekuatan dari metode ini adalah
melatih menumbuhkan sikap positif siswa, memperkaya pengetahuan siswa serta
memberi kesempatan siswa untuk saling berinteraksi. Namun kelemahannya memakan
waktu lama dan bila siswa belum kondusif maka seminar tidak berjalan efektif.
9. Bermain
Peran (Role Play)
Merupakan metode yang menetapkan seseorang pada situasi tertentu,
seolah-olah menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan, pengekspresian
sikap, dan tindakan-tindakan. Kekuatan metode ini adalah dapat mendorong
keterlibatan lebih mendalam dan memusatkan perhatian pada aspek yang
dikehendaki. Kelemahannya adalah keengganan melakukan peran, tidak menghayati,
kurang realistis, dianggap dialog biasa.
10. Studi Kasus
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan konsep dan teknik
analisis dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kekuatan
metode ini adalah dapat memberikan wawasan yang luas, pertukaran pendapat,
membuka kesiapan mental serta menemukan beberapa alternatif. Namun kelemahannya
adalah sulit mengukur sikap dan perilaku, hambatan waktu, dapat menimbulkan
frustasi bagi siswa yang tidak punya ide pemecahan masalah.
D. Memilih Metode
Pembelajaran
Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang guru (Djahiri, 1992). Hal ini didasari oleh asumsi,
bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan
berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM
yang dilakukannya. Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih
diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu
pada pelibatan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sementara itu, Al
Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan, bahwa proses pembelajaran
beberapa pembelajaran tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam
PBM. Disamping itu, PBM yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya
belajar di kalangan siswa. Pada gilirannya, akan berpengaruh secara signifikan
terhadap perolehan dan hasil belajar siswa.
Metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu,
integral dari proses pendidikan-pengajaran).
Metode ialah cara guru
menjelaskan suatu pokok bahasan,thema,
pokok masalah sebagai bagian kurikulum (isi, materi pengajaran), dalam upaya
mencapai sasaran dan tujuan pengajaran (tujuan
institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus).
Proses pembelajaran atau PBM sebagai kerjasama
guru-siswa, secara psiko-pedagogis
mengutamakan oto-aktivitas siswa (kemandirian,
KBS) sebagai bekal pendewasaan
diri mengembangkan kemampuan dan
penguasaan bidang pengetahuan (bidang studi, mata pelajaran).
Artinya, dalam PBM peran guru lebih bersifat tut wuri
handayani, berjalan bersama antara guru dan siswa
(bekerjasama, komunikasi, dialog
dan hubungan akrab). Agar PBM dan
kerjasama guru-siswa mencapai sasaran
dan tujuan belajar sesuai yang ditetapkan maka menggunakan cara
atau metode tertentu. Jadi, alasan atau nalar guru memilih/menetapkan suatu
metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:
1. metode ini
sesuai dengan pokok bahasan,
dalam makna lebih menjadi alat mencapai sasaran dan tujuan instruksional
2. metode ini
menjadi kegiatan siswa dalam
belajar (KBS, kemandirian) dan
meningkatkan motivasi atau semangat belajar
3. metode ini memperjelas
dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok bahasan,
sehingga pemahaman siswa makin jelas
4. metode
dipilih guru dengan asas
di atas berdasarkan pertimbangan
praktis, rasional dikuatkan
oleh kiat dan pengalaman guru mengajar
5. metode yang berdayaguna,
belum tentu tunggal, jadi suatu metode dapat
digunakan secara kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi dengan
media tertentu, bahkan multi-media. Dasar
pertimbangan ialah sasaran dan
tujuan pendidikan pengajaran.
E. Model Pembelajaran
Beberapa model yang dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran,
diantaranya:
a. Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Langkah-langkah :
1. Siswa
dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang
dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang
dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari
tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah
selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim
ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi
evaluasi
8. Penutup
Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri
dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang
sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga
orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
b. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang
pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang
anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,
suku, dll.).
2. Guru menyajikan
pelajaran.
3. Guru memberi tugas
kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu
menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4. Guru memberi kuis /
pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling
membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
c. Team Games Tournament (TGT)
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
c. Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya
dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena
skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen.
Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa
selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
d. Numbered Heads Together (NHT)
Suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi
dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4. Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
e. Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan
gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara
bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran
urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru
memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan
sistematis.
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.
f. Cooperative Script
Merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa
agar dibaca dan dibuat ringkasannya.
3. Guru dan siswa menetapkan yang pertama berperan
sebagai pembicara dan yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
5. Sementara pendengar :
a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap
b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
7. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
8. Penutup
g. Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan
2. Guru membentuk kelompok dan
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi
3. Setiap ketua kelompok kembali ke
kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya
4. Setiap siswa diberi satu lembar
kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kertas yang berisi pertanyaan
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
h. Think – Pair – Share
Langkah-langkah :
— Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang
ingin dicapai
— Siswa diminta untuk memikirkan
materi/permasalahan yang disampaikan guru
— Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
— Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
— Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan
para siswa
— Guru memberi kesimpulan
— Penutup
i. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereviu pengetahuan
awal siswa.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan
yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang
anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok
menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak
kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa
diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang
disediakan guru
PENUTUP
Kehidupan akan terasa indah apabila ada variasi, sebaliknya akan terasa
membosankan jika segalanya monoton tak berubah. Perubahan ke arah perbaikan
adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap insan dalam setiap
kehidupan.
Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan
inovasi, agar segalanya berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai
dari diri sendiri. Begitu pula peran seorang guru dalam pembelajaran,
penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa dalam berpikir
selalu turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan
suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa
cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai
kewajiban, melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan
yang nyaman dan menyenangkan.
Dan seorang guru yang ideal adalah guru yang selalu dinamis dan mampu
menggunakan teknologi komunikasi positif, dalam hal ini media internet dalam
rangka menambah khazanah pengetahuan dan kemampuannya dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang efektif, dengan model pembelajaran yang inovatif. Sebab pada
hakekatnya menjadi guru adalah perjalanan menjadi pahlawan. Semoga menjadi guru
yang profesional, bermartabat dan sejahtera. Selamat berjuang....!
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Ahmad Sudradjat. Blogspot.com
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik
Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat
Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Ninik Sri Widayati, 2011. Materi Metode dan Model Pembelajaran disampaikan pada peserta Training
of Trainer (ToT) Guru Pemandu Program Bermutu se-Jawa Timur di View
Tretes Hotel Pasuruan
Puskur Depdiknas, 2006. Pembelajaran Tematik
Puskur Depdiknas, 2006. Metode-metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
0 komentar:
Posting Komentar