A. PENELITIAN AGAMA DAN MODEL-MODELNYA
- 15.30
- by
- Unknown
“KATAPENGANTAR’’
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Islam dan Penelitian Agama dan Keagamaan ’’.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari dosen Ulumul qur’an . Sesuai dengan tugas yang diberikan, makalah bertema “Islam dan Penelitian Agama dan Keagamaan’’ yang membahas segala isinya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik ddan saran dari Ibu serta rekan-rekan sekalian sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam menyusun makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Medan, FEBRUARI 2016
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Islam dan Penelitian Agama dan Keagamaan ’’.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari dosen Ulumul qur’an . Sesuai dengan tugas yang diberikan, makalah bertema “Islam dan Penelitian Agama dan Keagamaan’’ yang membahas segala isinya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik ddan saran dari Ibu serta rekan-rekan sekalian sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam menyusun makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Medan, FEBRUARI 2016
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penelitian Agama
2.2 Penelitian agama dan penelitian keagamaan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penelitian Agama
2.2 Penelitian agama dan penelitian keagamaan
2.3 model-model
penelitian keagamaan
2.4 agama-agama dipandang dari segi sejarah
2.4 agama-agama dipandang dari segi sejarah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Manusia sebagai
makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan tentang fakta-fakta dengan
menggunakan kesangsian sistematis. Pengetahuan
manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat
penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu
melalui penemuan-penemuan baru.
Penelitian itu sendiri dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan
metode keilmuan.
Para ilmuwan sendiri beranggapan bahwa agama juga merupakan objek kajian atau
penelitian, karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial kultural. Jadi,
penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan
meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama.
Dengan kata lain, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi atau
filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan
fakta atau realitas sosial-kultural.
B.
Rumusan masalah
1.
Pengertian penelitian agama?
2.
Perbedaan Penelitian agama dan
penelitian keagamaan?
3.
Pembagian model-model penelitian
keagamaan?
C.
Tujuan makalah
Setelah diadakannya diskusi mengenai penelitian
agama dan model modelnya menurut
beberapa ahli, yang telah dipaparkan sebelumnya. Diharapkan mahasiswa memiliki
kemampuan dalam:
1. Menjelaskan pengertian penelian agama.
2. Menjelaskan perbedaan antara penelitian agama
dan keagamaan.
3. Menjelaskan Pembagian model-model
penelitian keagamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Penelitian Agama
Penelitian (Research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk
mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian
juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan
kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi
pengetahuan-pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan baru.
Penelitian itu sendiri dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan
metode keilmuan. Sedangkan metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.
Sedangkan penelitian agama sendiri menjadikan
agama sebagai objek penelitian yang sudah lama diperdebatkan. Harun nasution
menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan wahyu, tidak
dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat dilakukan,
harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu sosial.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid. Beliau menjelaskan
bahwa agama sebagai objek penelitian pernah menjadi bahan perdebatan, karena
agama merupakan sesuatu yang transenden. Agamawan cenderung berkeyakinan bahwa
agama memiliki kebenaran mutlak sehingga tidak perlu diteliti.
Menurut Harun Nasution, agama mengandung dua kelompok ajaran. Pertama,
ajaran dasar yang diwahyukan tuhan melalui rasul-Nya kepada masyarakat manusia.
Ajaran dasar yang demikian terdapat dalam kitab-kitab suci. Ajaran-ajaran yang
terdapat dalam kitab-kitab suci itu memerlukan penjelasan tentang arti dan cara
pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan para pemuka atau pakar agama membentuk
ajaran agama. Kelompok, kedua, ajaran dasar agama, karena
merupakan wahyu dari tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak
berubah dan tidak bisa diubah. Sedangkan penjelasan ahli agama terhadap ajaran
dasar agama, karena hanya merupakan penjelasan dan hasil pemikiran, tidak
absolut, tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Bentuk ajaran agama yang kedua
ini bersifat relatif, nisbi, berubah, dan dapat diubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Para ilmuwan sendiri beranggapan bahwa agama juga merupakan objek kajian atau
penelitian, karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial kultural. Jadi,
penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan
meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama.
Dengan kata lain, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi atau
filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial
berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural. Jadi, kata Ahmad Syafi’i
Mufid, kita tidak mempertentangkan antara penelitian agama dengan penelitian
sosial terhadap agama (Ahmad Syafi’i mufid dalam Affandi Mochtar). Dengan
demikian kedudukan penelitian agama adalah sejajar dengan penelitian-penelitian
lainnya, yang membedakannya hanyalah objek kajian yang ditelitinya.
Penulis tidak setuju, kalau penelitian agama betujuan bukan untuk meneliti
kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan
dan sistem sosial. Seandainya itu digunakan, maka kebenaran suatu agama akan
diabaikan atau tidak mencari agama mana yang paling benar. Dan ini akan membuat
agama islam disejajarkan dengan agama-agama yang lain. Karena penelitian ini
hanya melihat dari sisi bagaimana suatu agama itu ada dalam kebudayaan
masyarakat tertentu, misalnya mengapa ajaran tarekat mudah diterima
dimasyarakat jawa, itu sebabnya karena masyarakat jawa masih banyak yang
mempercayai akan benda-benda mistis dan kemampuan alam ghaib. Dan dalam
penelitian agama yang seperti ini, kebudayaan-kebudayaan yang ada diberbagai
masyarakat tidak disalahkan atau dibenarkan, hanya sekedar untuk mengetahui
bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan masyarakat. Dan kalau dimasukkan
kedalam agama islam, maka kebudayaan-kebudayaan yang seperti tarekat yang
diterima di masyarakat jawa dan kiyai slamet yang sangat diagung-agungkan di
masyarakat Jawa Tengah, khususnya Yogya, akan dianggap bahwa itulah ajaran
islam.1
Dalam mempermudah peta penelitian agama, kita
dapat memahaminya melalui berikut:
PETA PENELITIAN KEAGAMAAN
Dengan demikian, agama dalam pengertian yang kedua, menurut Harun Nasution,
dapat dijadikan sebagai objek penelitian tanpa harus menggunakan metode khusus
yang berbeda dengan metode yang lain.
Jadi pendapat Harun Nasution mengenai penjelasan-penjelasan tentang
ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci oleh para pemuka atau pakar
agama membetuk ajaran agama kelompok kedua bersifat nisbi, relatif dan dapat
dirubah sesuai perkembangan zaman tidak sesuai dengan ajaran islam, sebagai
contohnya Rasulallah menjelaskan tata cara shalat, sedangkan didalam kitab suci
tidak diterangkan tata cara shalat, dan tata cara shalat ini sendiri bersifat
qot’i/ tidak bisa dirubah. Kalau menurut Harun Nasution berarti
penjelasan-penjelasan Rasulallah tentang tata cara shalat berarti bersifat
nisbi dan dapat dirubah.
2. Penelitian
Agama Dan Penelitian Keagamaan
M. Atho Mudzhar mengatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama dengan
penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis
metode penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian agama yang
sasarannya adalah agama sebagai doktrin, pintu bagi pengembangan suatu
metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah ada yang
merintisnya. Adanya ilmu ushul fiqh sebagai metode istinbath hukum
dalam agama islam dan ilmu musthalahul hadist sebagai metode untuk
menilai akurasi sabda Nabi Muhammad saw merupakan bukti bahwa keinginan untuk
mengembangkan metodologi penelitian tersendiri bagi bidang pengetahuan agama
ini pernah muncul. Persoalan berikutnya ialah, apakah kita hendak
menyempurnakannya atau meniadakannya sama sekali dan menggantinya dengan yang
baru, atau tidak menggantinya sama sekali dan membiarkannya tidak ada.
Sedangkan untuk penelitian keagamaan yang sasarannya agama sebagai gejala
sosial, kita tidak perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia cukup
meminjam metodologi penelitian sosial yang telah ada. Dengan kata lain bahwa
pendapat M. Atho Mudzhar sama dengan pendapat yang dikemukakan Harun Nasution,
kalau penelitian agama sama dengan ajaran agama kelompok pertama dan penelitian
keagamaan sama dengan ajaran agama kelompok kedua menurut Harun nasution.
3. Dalam
pandangan Juhaya S. Praja, penelitian agama adalah penelitian tentang asal-usul
agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap
ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, jelas juhaya, terdapat dua
bidang penelitian agama, yaitu sebagai berikut;
- Penelitian tentang sumber ajaran agama yang telah melahirkan
disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadist.
- Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam
sumber ajaran agama itu.
Sedangkan penelitian hidup keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik
ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup keagamaan meliputi hal-hal
berikut.
1.
Perilaku individu dan hubungannnya dengan
masyarakatnya yang didasarkan atas agama yang dianutnya.
2.
Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik
perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya
sebagai penganut suatu agama.
3.
Ajaran agama yang membentuk pranata sosial,
corak perilaku, dan budaya masyarakat beragama.
Dalam hal ini, pendapat yang dikemukakan oleh Juhaya S. Praja ada kesamaan
dengan pendapat Harun Nasution dan M. Atho Mudzhar, akan tetapi Juhaya
membagi penelitan agama menjadi dua bidang, yang pada intinya pendapatnya sama
dengan pendapat Harun Nasution tentang ajaran agama kelompok pertama. Sedangkan
penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah penelitian hidup keagamaan, yaitu
penelitian terhadap praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia
secara individual dan kolektif.2
4.
Model-Model Penelitian Keagamaan
Adapun model penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan perbedaan
antara penelitian agama dan penelitian keagamaan. Akan tetapi, disini dikutip
karya Djamari mengenai metode sosiologi dalam kajian agama, yang secara tidak
langsung memperlihatkan model-model penelitian agama melalui pendekatan
sosiologis. Djamari, dosen pascasarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian
sosiologi agama menggunakan metode ilmiah. Yaitu:
- Analisis Sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa
sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya
suatu lembaga, dan pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter
agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
Seperti halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia adalah agama yang
diturunkan melalui Nabiya yaitu Muhammad Saw berdasarkan kitab sucinya yaitu
Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan bukan untuk satu
bangsa saja melainkan untuk seluruh bangsa secara universal. Sedangkan agama
lain ada yang hanya diturunkan untuk satu bangsa saja seperti yahudi untuk ras
yahudi saja.
Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan apakah agama itu
masih tetap pada orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atau sudah
bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu dihubungkan dengan
agama islam maka ia dapat dimasukkan pada kategori agama yang bertahan
konsisten dengan ajaran seperti pada masa awalnya.
Menurut ahli perbandingan agama seperti A. Mukti Ali, apabila kita ingin
memahami sebuah agama maka kita harus
Perihal
|
Islam
|
Yahudi
|
Nasrani/kristen
|
Budha
|
Hindu
|
Asal usul nama tuhan
|
Allah
|
Langsung dari yudha atau yehuda
|
Dari nama bangsa (nazaret) dan nama gelar
yesus (kristus)
|
Dari nama tempat Gautama
|
Pendirinya budha hindustan
|
Konsep tuhan
|
Tauhid
|
Asal tauhid berubah jadi faham chauvinisme
|
Asal tauhid di ubah jadi trinitas
|
Tidak jelas
|
Trimurti
|
Kitab
|
Al-qur’an
|
Talmud
|
Bibel
|
Tripitakan
|
Wedda
|
Status kitab
|
Asli
|
Tidak asli
|
Buatan paulus
|
Renungan budha
|
Berisi mantra 2
|
Nabi
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Status Nabi
|
manusia
|
Manusia
|
Tuhan
|
Tidak punya nabi
|
Tidak punya nabi
|
Pembawa Agama
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Sidarta Gautama
|
Tidak ada
|
Penyebar
|
Sahabat-ulama
|
Rahib
|
Paulus-pendeta
|
Biksu
|
Pendeta
|
Sifat Agama
|
Universal
|
Eksklusif
|
Universal
|
Tidak universal
|
Tidak universal
|
Missi
|
Da’wah
|
Bukan missi
|
Missi
|
Bukan missi
|
Bukan missi
|
Perubahan dari asal
|
Tidak berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
5.Agama-agama dipandang dari segi sejarahnya.
- Analisis lintas budaya
Analisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena dilihat
dari definisi antropologi sendiri secara sederhana dapat dikatakan bahwa
antripologi mengkaji kebudayaan manusia.
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya kini telah
melalui berbagai dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-masing negeri
memiliki corak budayanya masing-masing dalam mengekspresikan agamanya. Karena
itu dari segi antropologi kita dapat memilah-milah mana bagian islam yang
merupakan ajaran murni dan mana ajaran islam yang bercorak lokal budaya
setempat.
2.
Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian
agama. Namun, dalam beberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian
agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model
pendidikan agama.
3.
Observasi partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku
orang-orang dalam konteks relegius. Baik diketahui atau tidak oleh orang yang
sedang diobeservasi. Dan diantara kelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatan
simbolik antar anggota kelompok secara mendalam. Adapun kelemahannya yaitu
terbatasnya data pada kemampuan observer.
4.
Riset survei dan analisis statistik
Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan
sampel dari suatu populasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaan atau
penduduk suatu kota atau desa. Prosedur penelitian ini dinilai sangat berguna
untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik keagamaan tertentu dengan
sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.
5.
Analisis isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama,
baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan
lainnya. Umpamanya sikap kelompok keagamaan dianalisis dari substansi
ajaran kelompok tersebut.
BABIII
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan
kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi
pengetahuan-pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan baru. Sedangkan penelitian agama sendiri menjadikan
agama sebagai objek penelitian yang sudah lama diperdebatkan.
B.
saran
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam
penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai
pemakalah mengharapkan kritik dan saran demi membangunnya makalah ini, baik
dari Bapak atau Ibu dosen maupun dari teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Atang Abd.
Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008, cet. Kesepuluh
Didin Saefuddin
Buchori, Metodologi Studi Islam, Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005,
cet.I.
A. Mukti Ali, metode
memahami agama islam, Jakarta: Bulan bintang, 1991.
0 komentar:
Posting Komentar